Wednesday, March 04, 2009

Diceramahi Abdul Hadi Jamal (1)

Ini pengalaman purba yang kini menjadi pepatah bijak: jangan mengambil kesimpulan hanya melalui pandangan. Mata bisa menipu, itu kata orang tua kita dulu, maka hentikan menilai orang hanya karena baju yang dipakainya. Orang bule juga sepakat dengan ini, mereka juga punya petuah yang bunyi dan maknanya sama: don’t judge a book by its cover. Dalam bahasa dogma, kita diingatkan untuk tidak suudzzhon (berprasangka buruk) terhadap sesama mahluk hidup.

Mungkin begitu pula seharusnya kita memperlakukan Abdul Hadi Jamal (AHJ). Anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI yang tertangkap tangan oleh KPK sedang menerima suap pada Senin (2/3) malam kemarin. Terlalu dini jika kita menghakimi AHJ sebagai koruptor. Karena memang belum ada keputusan inkrach yang menetapkan dirinya adalah koruptor.

Namun, bagaimanapun, penangkapan AHJ telah menambah daftar panjang para caleg yang tertangkap karena terlibat tindak kriminal. Anda tahu, sebelum kasus AHJ, di Jembrana Bali seorang caleg ditangkap polisi karena diduga terlibat kasus illegal logging atau pembalakan liar (1/3). Demikian pula di Riau, seorang caleg perempuan ditangkap petugas ketika kedapatan membawa sekitar 1000 butir pil ekstasi (13/2).

Yang paling menggelikan adalah kejadian di Pulogadung Jakarta Timur. Seorang caleg dibekuk polisi karena tertangkap tangan hendak mencuri motor (15/2). Menanggapi peristiwa ini, seorang pengurus cabang dari partai tempat si caleg tersebut berasal berkilah, jika HS, nama caleg tersebut, bukan mencuri, tetapi salah ambil motor. Padahal, dari penjelasan pihak kepolisian, sebagaimana disampaikan Kabid Humas Polda Metro Jaya, diketahui jika HS tidak bisa mengendarai motor.

"Kamu ini kan caleg. Calon anggota dewan yang terhormat, tetapi mengapa kamu mencuri motor?"
"Saya tidak mencuri motor. Saya hanya salah ambil motor."
"Memangnya kamu punya motor?"
"Eeh..uuh..Tidak, Pak."
(ilustrasi diperankan oleh model)

Walau semua perkara kriminal yang melibatkan para calon wakil rakyat tadi belum diputus oleh hakim, namun motivasi dari semua pelanggaran hukum yang dilakukan para caleg tadi bisa jadi lantaran faktor ekonomi karena masalah pencalegan. Arbi Sanit bilang penangkapan AHJ besar kemungkinan didasari motivasi untuk memperkuat logistik kampanyenya (detikcom, 4/3). Ke arah itulah tulisan ini akan mengalir.

2 comments:

Amar Ramdani said...

wah pak, kayaknya hampir semua caleg deh pak..sudah banyak bukti. sebenarnya siapakah yang salah?? orangnya?? atau sistemnya?? (lingkungannya.red)

Blog Watcher said...

PISAU TAJAM KORUPSI





Kebusukan nafsumu, membunuh jiwaku. Lalu kau berjalan meyeringai membiarkanku sendiri. Dengan suara terbahak kau berjalan pergi, membiarkanku terluka. Tubuhku menggelepar tak berdaya, kau menikamku dengan pisau tajam korupsi.



Hatiku berdarah dalam tubuh, aku merintih kesakitan. Darahku menetes. Setiap darah yang menetes membakar perih ini setiap saat. Koruptor membinasakanku.





waktu itu..........



Semalam sebelumnya, diantara kedua tanganmu kekuatanmu berasal. Gema senandung kesedihan dari seorang yang sengsara, hati anak yatim yang hatinya hancur berkeping-keping, desah ratapan seorang yang tertindas, kau bantu. Kau ku anggap sebagai juru selamatku.



Tapi kini............!!!!



Dalam malam tenang, hati membukakan pintu rahasia kamarku, angin membangunkanku tidur lelapku.



KPK menangkapmu...



Dengan halus, Abdul Hadi Djamal menikamku dengan pisau tajam korupsi.


sumber:http://asyiknyaduniakita.blogspot.com/